Ela sagu merupakan limbah dari pengolahan pati sagu yang tergolong multi fungsi, yakni sebagai pakan ternak, campuran briket arang, campuran papan partikel, media jamur, dan media pembuatan kompos. Pemanfaatan ela sagu sampai sekarang belum banyak digunakan sebagai pakan ternak oleh peternak. Hal ini disebabkan sebagian besar ternak masih memanfaatkan ela sagu ditempat pengolahan sagu dan hanya sedikit sekali peternak yang mengambil ela sagu dari tempat pengolahan sagu untuk diberi makan kepada ternak mereka.
Ditinjau dari kandungan nutrisi, ela sagu dikategorikan sebagai pakan sumber energi yang berkualitas rendah karena kadar protein kasar yang dimiliki rendah dan kadar serat kasarnya yang tinggi. Tingginya serat kasar disebabkan adanya serat empulur didalam ela sagu dan hal ini merupakan faktor pembatas bagi ternak monogastrik.
Untuk satu ton ela sagu, dengan taraf pemberian ela sagu dalam ransum 20%, dapat memenuhi kebutuhan 10 ekor babi sedang tumbuh (2,5-5 bulan) sampai penggemukan (5-9 bulan). Sebaliknya untuk satu ton ela sagu, pemberian ela sagu 15% dalam ransum ayam kampung dapat memenuhi kebutuhan 100 ekor ayam kampung periode grower selama 4,6 bulan.
Kemajuan teknologi dibidang pengolahan pakan yang ada saat ini merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas limbah agroindustri menjadi bahan pakan yang berkualitas. Fermentasi merupakan suatu teknik penyimpanan substrat dengan penanaman mikroorganisme dan penambahan mineral dalam substrat, dan diinkubasi dalam waktu dan suhu tertentu.