No Image Available

BIO-EKOLOGI MANGROVE DI PULAU AMBON

 Author: ERNYWATI BADARUDDIN; ANDRI TUHUMUTY  Category: Pertanian  Publisher: Pattimura University Press  Published: March 4, 2025  Pages: 136  Country: Indonesia  Language: Indonesia  Dimension: 15 X 23 More Details
 Description:

Provinsi Maluku dikenal sebagai daerah seribu pulau karena memiliki jumlah pulau besar dan kecil sebanyak 1.392 pulau yang tersebar diantara pulau Sulawesi di bahagian barat dan pulau Irian di sebelah timur dan laut Seram di bahagian utara serta laut Arafura di bahagian selatan.

Posisi strategis secara ekologis menyebabkan keragaman jenis flora dan fauna yang dimiliki tergolong tinggi karena merupakan daerah ekoton antara kawasan Walacea di belahan barat dengan Kawasan Australesia di belahan timur.

Banyaknya pulau menyebabkan terbentuk garis pantai yang relatif panjang sehingga luas kawasan hutan mangrove semakin meningkat.  Hampir pada setiap pulau besar dan kecil terdapat hutan mangrove, bahkan ada pulau yang lebih dari 75 % arealnya didominasi oleh hutan mangrove diantaranya pulau Kenari di Kabupaten Kepulauan Aru.

Keberadaan hutan mangrove ini menyebabkan potensi sumberdaya perikanan laut di Maluku sangat tinggi karena mangrove digunakan sebagai tempat pemijahan dan berlindung.  Namun sangat disayangkan dengan meningkatnya dinamika pembangunan memberikan dampak terhadap berkurangnya hutan mangrove karena dilakukan penebangan untuk reklamasi sebagai kawasan permukiman dan pembangunan fisik lainnya termasuk dermaga.

Pulau Ambon sebagai pusat aktivitas pemerintahan dan perekonomian di Provinsi Maluku memberikan tekanan yang sangat berarti terhadap ekosistem mangrove akibat adanya berbagai pembangunan yang telah dilakukan.  Apabila kondisi ini tidak dilakukan perubahan maka dipredikdi 20 tahun yang akan datang tumbuhan mangrove akan sulit ditemukan lagi.

Beberapa lokasi ditemukan pembangunan yang dilakukan oleh instansi pemerintah dengan sengaja melakukan penebangan (pemusnahan) tumbuhan mangrove untuk pembangunan gedung, talud dan dermaga.  Hal ini secara nyata ditemukan di desa Tulehu untuk pembangunan dermaga Hurnala, desa Hative untuk pembangunan jembatan merah putih dan desa Hutumuri untuk pembangunan talud penyanggah bangunan pasar desa.

Selain itu perhatian pemerintah daerah kurang serius dalam upaya rehabilitasi hutan mangrove di pulau Ambon karena berbagai kegiatan rehabilitasi yang menghabiskan dana yang relatif tinggi namun keberhasilnannya tidak maksimal.  Di muara sungai Wairuhu di desa Hative tindakan reabilitasi mangrove sudah dilakukaan dari tahun 1980-an sampai sekarang tidak ada yang hidup.

Pengenalan jenis mangrove disertai dengan persyaratan habitusnya merupakan salah satu komponen utama bagi penanaman ulang dan perawatan hutan mangrove agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.-


 Back

© 2025 UNPATTI Press - WordPress Theme by Kadence WP